Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer BAGIAN KEDUA ~ 가 치 승토링 (KACI STORY)

Rabu, 01 April 2015

BAGIAN KEDUA



BAGIAN KEDUA

Senam pagi, hah, ini adalah satu kegiatan sehat yang sama sekali tidak pernah aku biasakan. Malas. Itu alasan utamanya. Tapi kali ini setiap bagun pagi aku bersemangat untuk olah raga. Tidak apa apa. Agar tubuhku tidak kaku saat nanti memulai perjalanan jauhku. Entah ada energy apa, hidupku jadi semakin bergairah. Dulu saat bangun tidur, yang kuucapkan adalah “tidak apa apa, bertahanlah. Stidaknya untuk hari ini saja”. Tapi ucapan yang keluar dari mulut seksiku kali ini lain. Yaitu, “oke, apa yang harus aku lakukan kali ini? Persiapan apa lagi untuk memudahkan perjalananku?” dan berkali kali aku liat list yang telah kubuat. Takut ada yang terlewatkan. Oh iya. Tidak lupa aku browsing mencari data pendukung pengambil keputusan tujuan arah perjalannku. 

Pagi tadi telah kuserahkan surat pengunduran diri. Dan sudah kutelepon orang tuaku bahwa aku akan pergi. Iya pergi jauh untuk sesaat. Nanti juga aku kembali bu. Itulah bujukan. Maaf untuk beberapa bulan aku tidak bisa mengirim uang dulu ya bu. Iya seperti biasa setiap bulan aku mengirimkan sejumlah uang kepada ibu. Untuk biaya hidup orang tuaku dan adik adikku. Karena aku anak pertama. Dan aku tulang punggung mereka. Maaf ayah, ibu, kali ini aku ingin egois sebentar saja. Sedikit tabunganku bukan untuk kebutuhan kalian. Tapi akan kuhabiskan untuk memnajakan diriku. Tidak apa apa nanti sepulangnya dari perjalanan aku akan bekerja keras untuk bisa bertahan hidup. Doakan aku saja agar perjalananku selamat dan berkah. Hiks. Aku menangis ditelepon. Diseberang sana ada ibu sedang mendengarkanku. Ibu mungkin tidak dapat menahanku. Hanya nasehat yang kudengar.

Yes, surat ijin perjalanan (SIP) sudah ditangan. Dan Surat pengunduran diri sudah disetujui atasanku. Malam tahun baru tinggal sebelas hari lagi. Dan segala sesuatunya sudah siap. Dan sudah tidak sabar menunggu malam tahun baru. Tepat malam dimana aku memulai perjalanan. 

Dikamarku ada globe kecil. Timbul ide untuk menggunakan mengambil keputusan Negara yang akan ku kunjungi. Kupejamkan mata. Globe mulai diputar. Perlahan jari telunjukku gerakan ke arah globe. Apapun yang jari telunjukku tunjukkan jika itu daratan maka itulah Negara tujuan perjalananku. Tapi pengundian pertama jari telunjukku mengarah ke laut. Hah yang benar saja. Kuulang pengundian. Mulai kuputar lagi globe dan hap, jariku mengarah tepat perbatasan India. Tau saja ini jari bahwa aku suka sekali dengan pilem pilem india. Ahihi. Oke. Go go go India.

Browsing lagi situasi sekarang di india. Apa saja yang dibutuhkan untuk dapat menikmati india. Dan, pengucapan bahasa inggrisku harus diperindah agar orang yang dengar mengerti. Sepuluh hari menuju d’day. Sudah tidak sabar. Mulai bingung dan tidak sabar. Seolah pesona actor india menarikku untuk segera mengunjunginya. Tidur pun mimpinya dengan actor india. Menyanyi dan menari ditengah ratusan orang seperti yang dilakukan dalam pilem pilem india. Bangun tidur senyum senyum sendiri.
Dan tiba tiba penyakit konyolku datang. Sudah lama penyakit konyol ini tidak kambuh. Kadang aku bertindak diluar pikiran dan rencanaku. Entah apa yang terjadi. Kakiku melangkah semaunya. itulah penyakit konyolku. Tas ransel sudah dipunggung. Koper tepat berdiri disamping kananku. Kaca mata, air minum, kotak makanan, dan jaket sudah siap. Dan tidak lupa passport sudah masuk di ransel. Ini hari ketujuh loh. Yang benar saja. Padahal kan rencananya malam tahun baru mulai beraksi. Lalu ini apa dan mau kmana? Apakah ini pemanasan? Lagi lagi saat aku sadar aku sudah ada di kereta api dengan tujuan stasiun yang berdekatan dengan bandara Sukarno hatta. Semalaman aku duduk manis disalah satu gerbong kereta api kelas Ekonomi. Tidak apa apa, kelas ekonomi lebih efisien dan nyaman kok. Beneran deh. Lalu bagaimana dengan tiket pesawatku? Rencananya siang nanti baru akan kupesan via online. Sudahlah. Beli tiketnya langsung saja nanti. Oh Tuhan, yang benar saja. Perjalananku benar benar dimulai.

Bismillah, ucapan doa tak henti aku lapalkan dari sejak keluar kantor sampai di dalam kereta pun. Oh iya, lupa ngasih tau. Aku adalah DOKTOR (MonDOK di KanTOR). Iya. Aku tinggal dikantor. Kebetulan ada kamar kosong. Dan efisien kan. Hemat waktu dan uang untuk ngantor. Ihihi.

Mentari pagi mebangunkanku yang terlelap semalaman di kereta. Sinarnya yang hangat membukakan kelopak mataku. Hah silau men. Memang tempat kerjaku menuju ibu kota sangat jauh. Butuh berjam jam untuk mencapai bandara saja. India, india, india, lala la la la. Hi hi bangun tidur senyum senyum sendiri deh. Kudengar ada seorang anak menangis dibelakangku. Aku bangun dan lihat ternyata dia lapar. Pantas saja menangis tak henti. Untungnya aku punya makanan dikotak makanku. Itu bekelku. Isinya 2 sandwich buatan sendiri. Aku berikan satu dan satunya lagi untukku nanti di bandara.

“terima kasih, neng” ucap ibunya.
“Tidak apa-apa bu,sebentar lagi sampai stasiun kota. Disana nanti pasti sudah banyak yang jual makanan”
Kutinggalkan si ibu dan mataku melihat kea rah pemuda kurang lebih usianya tiga puluh tahunan lah, dia judes. Mungkin merasa tersik tidurnya dengan tangis si anak. 

Akhirnya sampai juga di stasiun kota. Penumpang mulai perlahan mendekati pintu keluar. Kereta api ini ada pramugaranya lho. Cakep. Jadi betah. Ihihi aku harus turun dan melanjutkan perjalanan. Ngantri-ngantri. Aku berjalan tepat di belakang anak yang tadi aku tolong. Dia digentong bapaknya. Aku berjalan pelan dan penumpang lain di belakang berdesakan mendorong. Mereka tidak sabar untuk segera turun. Aku tengteng kotak makanan dan botol minumku, rencananya turun dari kereta nyari tempat duduk dan sarapan deh. Dan tanpa di prediksi kotak makananku jatuh kena tendang anak yang aku tolong tadi. Cengo dong aku. Yang dibelakang terus mendorong untuk cepat keluar dan alhasil makananku keinjek dan nasibnya hancur dikereta. Hiks. Itu makanan sehatku. Bekel aku.

#bersambung ke BAGIAN KETIGA...

0 komentar:

Posting Komentar