Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer BAGIAN KETIGA ~ 가 치 승토링 (KACI STORY)

Jumat, 03 April 2015

BAGIAN KETIGA


Kuperhatikan orang orang di stasiun kota. Jam tujuh pagi stasiun masih padat dengan para karyawan, pelajar, mahasiswa. Mereka berjalan cepat tergesa gesa karena tidak ingin waktu meninggalkannya. Berbagai profesi berkumpul dengan tujuan berbeda beda. Masing masing dari mereka memikul beban dipundaknya. Dan dari mereka berbeda pula menyikapinya. Pasti salah satu dari mereka ada yang sehabis menagis putus dengan kekasihnya, mungkin ada juga yang udah gak punya lagi bekal hidup, ada juga yang sedang mempersiapkan untuk presentasi, ada yang baru melamar kerja dan ada yang baru mulai bekerja.  Mungkin ada juga yang datar datar saja dan ada juga yang sudah bosan menjalani rutinitas berangkat dari rumah menuju tempat kerja via stasiun kota.
Dengan sedikit malas kusambung perjalanan. Harus segera pesan tiket dan ini perjalanan pertamaku. Cukup dikuasai perasaan gugup namun penasaran. Banyak khayalan dikelopak mataku dan itu membuat semangatku kembali full. Pagi ini tidak ada salahnya tidak mandi sehari dalam sebulan. Obat pede tetap kubawa tentunya. Perutpun ikut semangat dan mulai melupakan bekel yang terbuang. “tidak apa” bisiknya. Mudah mudahan ini tidak menjadi penyakit. Sesampainya di bandara aku terkagum karena baru kali ini kakiku mendarat ditempat seperti ini. Mungkin bagi orang lain aku terlihat ternganga dan cengo. Tapi ini memang ekspresiku. Dan aku rasa wajar saja bagi pemula.
Sangat susah bagiku untuk tahu lokasi bandara ini dan apa saja fungsinya. Banyak nanya sih. Tapi kalau diulang ulang bisa bisa dibilang bego. Tapi yah daripada nanti sampainya malah di Afrika mending aku nanya lagi terus sampai kaki ku menginjak tanah india.
“where will you go? Maybe I can help you, miss?”
Suara yang sepertinya tidak cocok melafalakan bahasa inggris baru saja mendarat ditelingaku. Dan itu memang ditujukan padaku. Oh my God. He’s him.
“india, yes, I want to go to india. And what about you?”
Percakapan mulai hangat. Dia membantuku mencari tiket untuk ke india. Dan waktu penerbanganku sekitar kurang lebih delapan jam lagi. Sehingga ada waktu untuk membalas kebaikannya walaupun dengan ngobrol kesana kemari. Karena untuk mentraktirnya minum teh aku tidak punya cukup uang. Percakapan kami terhenti saat aku melihat ada bayangan sesuatu yang mengejarnya. Dalam bayangan itu dia seperti menghindar dan lari ketakutan. Aku berusaha menyembunyikan rasa kagetku dan mulai mendengarkan lagi curahannya. Ada sedikit bahasanya yang tidak aku mengerti. Maklum inggrisku kurang lancar. Namun aku dapat manangkap intinya. Bahwa Negara tujuan dia adalah Thailand. Dia seorang model. Dan sudah berada di Jakarta seminggu yang lalu untuk pekerjaannya. Namanya adalah Leon. Aku suka dia. Dia laki laki yang baik.
Tiba tiba aku dan Leon dikejutkan dengan suasana bising yang mengganggu dari luar bandara. Berbondong bondong orang dengan mengacungkan handphone masing masing kearah pintu masuk dan 98% adalah remaja. Mereka berteriak seolah tidak ingin terkalahkan suaranya oleh yang lain. Jantungku yang lemah tentu saja mendengar dan melihat semua itu langsung lemas dan tidak mampu berdiri. Aku hanya duduk dan memegang dada ditempat tunggu. Leon menanyaiku dan meyakinkan bahwa aku baik baik saja. Tapi jujur suaranya tidak aku dengar karena hening mulai menguasai diriku. Aku hanya bisa memandang dengan tatapan kosong dan berkali kali mengangguk karena ingin memberitahu Leon bahwa aku baik baik saja. Dan aku tidak mau membuat orang lain mengkhawatirkanku.
Dadaku semakin sesak dan kerumunan remaja remaja tadi semakin mengitarku. Suara mereka sudah tidak terdengar lagi. Aku hampir tidak sadarkan diri sebelum seseorang menarik tanganku dan menggiringku entah kemana. Kakiku hanya melangkah. Bukan karena mendengar siapa siapa tetapi karena ada tangan seseorang membingbingku banyak yang mendorongku dari belakang. Tidak ada yang aku mengerti. Bahkan saat saat aku mulai sadar secara perlahan aku lihat Leon melambaikan tangannya kearahku. Dia berteriak namun tidak aku dengar sama sekali. Dia ingin mengejarku namun tubuh tubuh lelaki tegap mengitariku dan menghalangi Leon. “Apa yang terjadi?” teriakku dalam batin. Tentu saja tidak ada seorang yang akan mampu mendengar.
Semua terjadi begitu cepat. Ketika aku tersadar tubuhku sudah duduk rapi dengan seat belt yang terpasang. Perlahan  membaca situasi agar semuanya dapat aku pahami. Aku melihat kearah jendela dan pesawat sudah berada diatas langit. Kuusap dadaku dengan satu tangan dan tangan satunya lagi meraba raba anggota badanku. Takut ada sesuatu yang hilang dan aku tidak menyadarinya. Utuh. Aku sadari aku dalam keadaan utuh. Hanya saja aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi pada diriku. Bagaimana bisa aku tersadar saat pesawak sudah berada di atas langit.

#bersambung ke BAGIAN KEEMPAT...

0 komentar:

Posting Komentar