BAGIAN
KESATU
Aku
adalah seorang wanita yang hampir berkepala tiga. Terlalu cepat rasanya waktu
berlalu. Entah apa yang telah aku lakukan selama ini. Yang aku rasakan adalah
aku tidak menikmati setiap detik waktu. Bisa dibilang aku tidak memanfaatkan
waktu. Tapi rasanya itu salah. Aku berusaha mendapatkan semua mimpiku. Aku
berjalan sampai telapak kakiku lecet dan perih. Aku berhenti sejenak dan
kembali berjalan agar segera tiba pada puncak kesuksesan.
Aku
berusaha baik pada semua orang. Menjauhi setiap hal yang dilarang. Mengikuti
hukum yang berlaku. Mengindahkan setiap nasihat orang tuaku. Menjalin
persahabatan dengan orang orang baik agar aku ketularan baik. Aku belajar
setiap pelajaran sekolah dengan benar. Sungguh sungguh agar aku selalu ada
dipuncak prestasi. Aku berusaha bertutur kata lemah lembut, menghormati yang
tua dan menghargai yang usianya dibawahku. Melindungi yang tertindas dan
menbantu yang membutuhkan. Semua itu kulakukan untuk mendapat satu kata yang semua
orang cari dan bahkan orang lain mati matian untuk membelinya. “BAHAGIA”. Iya,
itu yang aku cari. Bahagiaku, orang tuaku, sahabatku, dan juga orang lain
disekelilingku.
Aku
tampil sederhana. Santun, murah senyum. Namun banyak laki-laki yang mengatakan
bahwa aku jual mahal. Mereka bilang aku seperti membentengi diri. Menghindar
dari pandangan laki-laki. Sehingga disaat mereka ingin mendekatiku rasanya
sudah merasa malas duluan. Padahal bukan itu yang sebenarnya ku rasakan. Aku
selalu merasa malu, takut, dan khawatir laki laki yang mendekatiku akan
menganggapku wanita gampangan, tidak punya harga diri, takut dosa dan bla bla
bla berbagai perasaan itu kini menjadi
alasan.
Tidak
bisa dipungkiri kini usiaku semakin tua. Semakin besar beban untuk hanya memikul
usia. Belum lagi pekerjaanku masih ada dilorong kegelapan. Suram dan tak
berkesudahan. Kadang terlintas ingin mengakhiri semuanya. Meninggalkan dunia
yang tidak pernah menyayangiku. Tapi lagi lagi takut dosa.
Sering
terbersit dibenaku untuk melakukan perjalanan. Ketempat jauh, sendiri. Karena
selama ini, setelah kuliahku berakhir aku cenderung mengurung diri. Apalagi
saat kedua sahabatku menikah. Dan juga orangtuaku yang tidak mengijinkan aku
melakukan perjalanan jauh. “nanti saja bersama suamimu. Sehingga ibu tenang
mengijinkanmu pergi” selalu ucapan itu. Factor kedua karena aku tidak memiliki
cukup uang untuk melakukan perjalanan semauku ketempat indah dan mengesankan
seperti yang ada di imajinasiku.
Lima
tahun bekerja di bidang social memang tidak menghasilkan kekayaan dan kebebasan
financial. Yang ada aku terkurung ditempat yang salah. Meski kadang perasaan
bahagia muncul disaat berhasil menolong orang yang membutuhkan melalui data
yang aku laporkan ke pemerintah pusat. Sudahlah, sekarang sudah waktunya
memikirkan diri sendiri. Memanjakan kenginan dan mewujudkan mimpi yang masih
terbalut dalam tidur. Dan kali ini dua tahun mejelang usia tiga puluh tahun,
harapan dimalam ulang tahunku adalah bukan lagi tentang jodoh. Tapi aku
berkata, “dunia, aku akan datang. Dan lihat seberapa cantiknya dirimu”.
Aku
mulai menulis. Menyusun rencana perjalanan menyenangkan. Mengurus passport,
menyusun anggaran, menyiapkan pakaian seadanya, membuat kata kata yang masuk
akal untuk mempermudah mendapatkan SIP (Surat ijin perjalanan) dari orang tuaku.
Dan yang pasti aku terus meyakinkan niatku bahwa ini adalah tidak apa apa dan
akan menjadi perjalanan yang mengesankan dan paling indah semasa hidupku. Aku
membeli buku agenda khusus sebagai panduan perjalananku. Aku Akan memulai
perjalanan tepat saat tahun baru. Malam dimana tidak pernah aku habiskan dengan
orang special selama hidupku.
Tiga
bulan persiapan dirasa cukup. Mental yang utama. Aku harus benar benar pergi.
Menikmati kesendirian yang sering membuatku kesepian. Membuatku ingin
mengakhiri hidup dengan cara sia sia. Aku harus buka mata dan lihat dunia.
Banyak laki laki tampan di dunia ini. Siapa tau ada satu yang mau sama aku.
Ahahah. Edisi ngarep.
Satu
hal yang belum jelas. Kemana aku akan pergi. Setidaknya itu harus jadi list
nomer 1 sebelum melakukan persiapan yang lain. Hah, kemana yah? Turki, mau.
Dubai, mau. Brunei Darussalam, mau juga. Asia? Amerika? Australia? Eropa? Atau
di Indonesia saja? Bingung. Baiklah. Sekarang yang penting yakinkan kemana aku
akan pergi dengan financial yang ada. Hitung ulang dan ulang. Sepertinya uangku
kurang. Bagaimana ini? Apa gak jadi saja? Kalau begitu aku harus mengurung
diriku lagi ditempat salah ini.
Tidak masalah. Sekarang aku buatkan dulu surat
pengunduran diri, kata-kata jitu untuk meminta ijin orangtuaku, dan yang
terakhir pengundian Negara tujuan perjalanan. Beres.
#bersambung ke BAGIAN KEDUA...
0 komentar:
Posting Komentar